REDAKSI LINTAS, BANJARBARU – Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar Sosialisasi Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak sebagai upaya memperkuat komitmen bersama dalam ciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan bagi kelompok rentan.
Kegiatan tersebut menjadi wadah bagi berbagai pihak untuk bersinergi dalam meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Kalimantan Selatan, Husnul Hatimah, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Apresiasi yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini. Besar harapan saya kegiatan ini dapat memperkuat sinergi dan komitmen kita semua dalam pencegahan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak,” ujar Husnul, Banjarbaru, Sabtu (8/11/2025).
Ia menegaskan bahwa perempuan dan anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan bangsa. Ketika perempuan mendapat perlindungan dan kesempatan yang setara, serta anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung, maka masa depan bangsa akan lebih cerah. Namun demikian, masih banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan anak, eksploitasi, hingga pelecehan.
“Permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak bagaikan gunung es. Mereka adalah kelompok rentan yang memiliki hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang secara aman, bebas dari kekerasan dalam bentuk apapun,” tutur Husnul.
Berdasarkan data SIMFONI PPA di Provinsi Kalimantan Selatan dari Januari hingga September 2025, tercatat 515 kasus kekerasan dengan jumlah korban 544 orang. Dari jumlah tersebut, korban perempuan tercatat sebanyak 202 orang, sementara korban anak (laki-laki dan perempuan) mencapai 331 orang. Adapun bentuk kekerasan yang paling banyak dialami adalah kekerasan psikis, seksual, dan fisik.
Husnul menegaskan, pencegahan menjadi langkah utama yang harus diperkuat dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
“DP3A Kalsel berkomitmen untuk terus mendorong upaya-upaya yang bersifat holistik, mulai dari edukasi, penguatan regulasi, peningkatan kapasitas SDM, hingga layanan perlindungan yang terintegrasi,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa upaya perlindungan perempuan dan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, termasuk orang tua, pendidik, dan tokoh masyarakat.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan kepedulian terhadap pentingnya perlindungan perempuan dan anak. Mari kita mulai dari rumah, sekolah, dan komunitas, dengan menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan saling menghargai,” ucapnya.
Sebagai penutup, Husnul mengajak seluruh peserta untuk aktif menolak dan melaporkan setiap bentuk kekerasan.
“Mari bersama-sama bergerak, bergandengan tangan, melakukan pencegahan kekerasan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak. Dengan kerja sama yang kuat, kita yakin dapat mencetak generasi yang lebih baik, perempuan yang berdaya, serta keluarga yang sejahtera,” pungkasnya. (MC Kalsel/RL)






